Sabtu, 05 Oktober 2013

Hakikat Keterampilan Berbicara (Speaking)

www.skripsiutama.blogspot.com
www.skripsiutama.blogspot.com
     Hakikat Keterampilan Berbicara (Speaking)


Written by Ari Julianto



Keterampilan (skill) merupakan kecakapan,kecekatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Keterampilan berbicara termasuk salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seorang  yang tengah mempelajari keterampilan berbahasa selain menulis (writing), membaca (reading) dan mendengarkan (listening).


I. Definisi

Menurut Tarigan (1981:15), berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantis dan linguistik yang sangat intensif. Lebih lanjut Tarigan (1986: 3) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan orang tersebut.

Sementara Brown dan Yule dalam Nunan (1989: 26) berpendapat bahwa berbicara  adalah menggunakan bahasa lisan yang terdiri dari ucapan yang pendek, tidak utuh atau terpisah-pisah dalam lingkup pengucapan. Pengucapan tersebut sangat erat berhubungan dengan hubungan timbal balik yang dilakukan antara pembicara satu dengan pendengar.

Sedangkan menurut Djago Tarigan (1995: 149) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.

II. Percakapan
Percakapan (conversation) merupakan salah satu bentuk realisasi dari keterampilan berbicara.  Definisi dari percakapan ini banyak variasinya. Disini hanya menampilkan tiga definisi dari kamus berbeda.

- Jika Anda mengadakan percakapan dengan seseorang, Anda berbicara dengannya, dan biasanya dalam situasi yang tidak resmi (Collins’ COBUILD English Dictionary).
-Pembicaraan yang tidak resmi dimana orang-orang saling bertukar berita, perasaan dan pemikiran (Longman Dictionary of Contemporary English).
- Suatu pembicaraan yang tidak resmi melibatkan sekelompok kecil orang atau hanya dua orang; aktivitas pembicaraannya pun dengan cara yang sama. (Oxford Advanced Learner’s Dictionary)
Menurut Thornbury dan Slade (2006: 25), percakapan umumnya dalam bentuk tidak resmi, suatu pembicaraan yang interaktif antara dua atau lebih orang yang terjadi dalam waktu yang nyata dan spontan, memiliki fungsi interpersonmal yang luas dan mereka yang terlibat berbagi hak yang simetris.

Lebih lanjut Thornbury dan Slade (2006: 8) menyebutkan ciri-ciri percakapan dan implikasinya, antara lain :
1.Diucapkan,
2.Spontan dalam waktu yang nyata,
3.Terjadi konteks yang berbagi,
4. interaktif, konstruktif, dan resiprokal,
5. Berfungsi secara interpersonal,
6. Dalam bentuk informal, dan
7. Mengungkapkan keinginan, perasaan, sikap dan penilaian.

III. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1995:149) terdapat lima golongan yakni
1. Menghibur Berbicara
Si pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.

2. Menginformasikan
Melaporkan dan dilaksanakan bila seseorang ingin:
a. menjelaskan suatu proses;
b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal;
c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan;
d. menjelaskan kaitan.

3. Menstimulasi Berbicara
Berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui :
a. kemauan,
b. minat,
c. inspirasi,
d. kebutuhan, dan
e. cita-cita pendengarnya.

4. Menggerakkan Dalam berbicara
Untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.

Sedangkan, menurut Tarigan (1981:16), berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1. memberitahukan, melaporkan (to inform);
2. menjamu, menghibur (to entertain); dan
3. membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade).

IV. Ragam Bentuk Berbicara
Secara garis besar bentuk berbicara dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu
1. Berbicara di muka umum
Menurut Tarigan (1981: 22-23) beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking).
b. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking).
c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).

2. Berbicara dalam konferensi
a. Kelompok resmi (formal),
b. Kelompok tidak resmi (informal)
3. Prosedur Parlementer
4. Berdebat
a. Debat parlementer atau majelis,
b. Debat pemeriksaan ulangan,
c. Debat formal, konvensional atau debat pendidikan

Aktifitas dalam keterampilan berbicara oleh Richards dan Renandya (2002: 209-210), dibagi dalam empat aktivitas:
1. Lisan (aural: oral activities),
2. Gambar (visual: oral activities),
3. Bantuan material (material-aided: oral activities), dan
4. Kesadaran budaya (culture awareness: oral activities).

V. Fungsi Berbicara
Menurut Richards (2008: 21) fungsi berbicara antara lain:
1. Sebagai interaksi (talk as interaction),
Unsur pokoknya antara lain:
a. berfungsi sosial,
b. Merefleksikan hubungan,
c. Merefleksikan identitas pembicara,
d. Bisa jadi formal atau casual,
e. menggunakan syarat percakapan,
f. Merefleksikan tingkat kesopanan,
g. Menggunakan kata-kata generik,
h. Menggunakan percakapan terdaftar/resmi,
i. Terkonstruksi bersama.

2. Sebagai transaksi (talk as transaction)

Unsur pokoknya antara lain:
a. Fokus pada informasi,
b. Berfokus pada psan dan bukan pada partisipan,
c. Menggunakan strategi komunikasi agar bisa dipahami,
d. Ada pertanyan, pengulanghan dan pemahaman,
e. Ada negosiasi,
f.  Akurasi linguistik tidak begitu penting.

3. sebagai kinerja/publik (talk as performance)
Unsur pokoknya antara lain:
a. fokus pada pesan dan audiens,
b. penyusunan dan kata berurut,
c. memenitngkan akurasi dan bentuk,
d. Cen derung bahas tulisan,
e. Sering dalam bentuk monologik.

VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara
Menurut Arsjad dan Mukti (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah
1. Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi:
a. Ketepatan ucapan, pengucapan buyi-bunyian harus tepat, begitu juga dengan penempatan tekanan, durasi, dan nada yang sesuai.
b. Pemilihan kata atau diksi, harus jelas, tepat dan bervariasi sehingga dapat memancing kepahaman dari pendengar.
c. Ketepatan sasaran pembicara, pemakaian kalimat atau keefektivan kalimat memudahkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan.
Penilaian dari faktor kebahasaan meliputi:
a. Ucapan,
b. tata bahasa,
c. kosa kata,

2. Faktor non kebahasaan,
a. Sikap yang tidak kaku
b. Kesediaan menghargai pendapat,
c. Pandangan ke pendengar,
d. Gerak-gerik atau mimik tepat,
e. Kenyaringan suara,
f. Kelancaran berbicara,
g. Penguasaan topik.
Penilaian dari faktor non kebahasaan meliputi:
a. ketenangan,
b. volume suara,
c. Kelancaran,
d. pemahaman.

Referensi
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1988.  Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Nunan, David. 1989. Designing Task for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

______. (2003). Practical English Language Teaching. New York: Mc.Graw-Hill Companies.

Richards-Amato, P. 2003. Making it Happen: From Interactive to Participatory Language Teaching. New York: Pearson Education, Inc.

Richards, Jack C. 2008. Teaching Listening  and Speaking From Theory to Practice. London: Cambridge University Press

Richards, J. C. dan Renandya, W. A. 2002. Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practices. New York: Cambridge University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 1995. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Thornbury, Scott dan Diana Slade. 2006. Conversation: From Description to Pedagogy. Cambridge University Press.

Semoga postingan kali ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.